Engko biasanya selalu duduk di risban depan rumah ini ketika aku datang,
Dengan snyum selalu enko sapa aku
Nada penyesalan selalu tergambar jelas dimatamu seakan ingin kau lepaskan dari relung hatimu yang telah membebani. Aku tahu persis apa yang ingin kau katakan walau tak terucap "Maafkan aku karena begitu lama enko ku tinggalkan"
Seandainya enkau mengerti seribu maaf telah aku ikhlaskan tanpa persyaratan yang harus kau bayar, dan cinta ini tulus adanya,....... walau seahrusnya..........
Kau suarakan adzan di kedua telingaku ketika pertama ku lihat dunia ini
Kau timang denagan sukacita terlahirnya buah cinta yang maujud
Atao kao kudang aku selayaknya sebuah anugerah yang telah Tuhan limpahkan padamu
Dan kau nyalakan padupan wewangian semerbak memenuhi ruangan hingga asapnya menembus langit yang diiringa pepujian dan permohonan pada sang Hyang sehingga jazadku berkilauan, hatiku seluas lautan,cintaku tak kenal segala kasta, jiwaku sekuat wesi gligen, dan rasaku sedalam samudra kinayungan langit,tapi........
Enko telah melupak atao................. Gumpalan duka hati yang telah menyelimuti hatimu sehingga kao lupakan untuk nggulowentah si jabang bayi beserta sedulur sedulurnya dan kelima pancer.
Tetapi tak perlu kau khawatirkan karena sang hyang ternyta telah membisikan pada sekertaris langit untuk segera menulis nasib si jabang bayi dengan segala garis, segala macam cahaaya,segalam macam api dan tempaannya,segala murkanya,segala licik juga kecerdikanya,segala kecerdasan juga ketololanya hingga tulisan sekretaris memenuhi sepanjang umurnya dan tak lupa juga telah membuatkan dingklik untuk tempat duduk si gembel ini
Maafkan aku kala itu, pertemuan yang terahir yang telah di susupi suara hati karena ternyata itu adalah pertemuan yang terahir di dunia wujud walau Aku tau kini engkopun masih ada di balik selimut roh dan ghoib
jangan kau khawatirkan cintaku ......... cinta si jabang bayi yang polos,cinta siawan pada angin yang telah membuatnya tida atao cinta si kayu kepada api yang telah membuatnya menjadi abu cinat hukum alam atao cinta seorang anak kepada si pengukir jiwa raga,
Kini ku sesali ternyata itu yang terahir
Terahir kulihat senyumu
Terahir ku lihat wajah dan kerutan di mukamu
Terahir ku dengar kisah hidup penuh likumu
terahir kau sapaku dengan sebutan Nak
dan terahir aku bisa ngeyel di depanmu
Tuhan, .......... seandainya ku boleh meminta
Buatkan rel buatnya walo jalan masih panjang tetapi tetap kau sejajarkan jalanya menuju nirwana
Bukakan pintu seluanya seolah tiadalagi pintu atao penghalang jaga
Siapkan kursi laksa singgasana untuk si hamba yang adalah bapaku
Mulyakan dia dengan stitik anugerahmu sehingga pencatat dosa iba kepadanya
Sediakan keinginanya yang belum tercapai dengan kibasan Kun Mu sehingga terlimpah kepada kami yan di tinggalkan
Aminnnn .........
Selamat jalan Ramaku
............................................................ by Kiwul gembel cyber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar