Laman


Other Posts >>

Jumat, 25 November 2011

Tutur, Sembur, Wuwur

Adakah sesuatu di dunia yang sempurna.......?
Jawabanya tentu tidak
Adakah menolong adalah suatu keikhlasan......?
Jawabanya harus
Adakah sebuah cinta itu tulus.............?
Jawabanya seharusnya iya
Adakah semua orang tua itu bijaksana........?
Jawabnya pasti harus
Mari kita buka lembaran lama sebagai kaca benggala
Apakah...............
Kita ketika  menjadi orang tua sudah bisa benar benar bijaksana
Apakah kita sudah bisa memberikan tutur , sembur, atao wuwur
Berikanlah pengertian ketika  tak bisa nyembur/doa
Berikanlah  doa ketika tak bisa kao berikan wuwur/modal
Dan ketika tak bisa memberikan jalan untuk bisa makan berikanlah pengertian/ilmu/doa
Adakah kita sudah lakukan salah satu dari itu?
Saya yakin sudah
Tetapi alangkah sempurnaynya ketika semua bisa kita jalani
Alangkah nikmatnya ketika itu adalah sebuah keikhlasan
Alangkah indahnya kalao itu di penuhi rasa cinta
Itulah engko yang menjadi taoladanKarena taoladan biasanya mengalir dari atas ke bawah
Dari yang tua kepada yang muda, dari pemimpin kepada masyarakatnya
Walaopun tidak selalu
Karena tidak selalu hak harus di mulai dari kewajiban, atao
kewajiban di mulai dari hak
Yang ada adalah seberapa besar pengaruh yang telah di timbulkan
Ketika kewajiban tidak di laksanakan
atao ketika hak itu sendiri tidak di dapatkan
Seharusnyalah memang sebuah bakti tidak ada hubunganya antara hak dan kewajiban
tetapi akan tetap saling berhubungan ketika berfikir secara luas tentang generasi muda dan anak bangsa yang harus di perdayakan
Apakah ingin anak muda menganti nama kita menjadi pemakan wadal
yang rela memakan daging anaknya demi harta yang melimpah
Apakah ingin anak muda menamai kita si hati batu
Yang demi kepentingan kita maka hati kita membatu tak berperasaan
Apakah ingin anak muda menamai kita si tua katrok dan ndeso
Yang tak pernah bisa memberikan alasan ketika tidak bisa memberi
Memang cinta tak harus di ucapkan
Tetapi yang tidak boleh lupa cinta adalah perbuatan, perhatian dan kasih sayang
Mengasihi/memberikan dan juga ngeman atao menyayangi
Adakah itu di masa sekarng ini
Masa yang lebih kejam dari jaman batu
Masa yang lebih kejam dari jaman budak
Masa yang telah menghalusinasi  yang lebih kejam dari jaman sihir
Manusia telah menjadi budak,kejam, atao terhalusinasi karena harta
Ini bukanlah penyesalan atao tuntutan
Tetapi penggugah semangat dan arena mawas diri
Dari yang tua untuk yang muda dari yang muda untuk yang tua
Maafkan ........... nggaya sitik ben kaya wong pinter
Bye Bye..........
We Love everybody forever


....................Gembel cyber..............

Kamis, 24 November 2011

Curhat kepada Tuhan

Tuhan
Sebenarnya hari ini aku ingin memarahimu
Melemparmu atao menyumpahimu
Kau pasang gunung permasalahan  di tenggorokanku
Hingga aku sulit untuk bernafas

Tetapi aku selalu kalah
Hanya dengan sedikit  tiupan kepercayaan
Murkaku luntur
Kembalilah aku kepadaMu
Menjadi hamba yang Gowblog

Maafkan aku Tuhan
Karena aku curhat padamu
Karena tiupan kepercayaan datang dari MU



Cangcut,............... Taliwondo

Masih saya ingat,
Pertama membeli celana jeans
Saya melonjak kegirangan
Saya merasa sudah setara dengan remaja lain yang juga memakai celana jeans
Tapi di rumah,di kamar mandi,
Saya tersenyum,karena celana dalam saya tak sebagus celana luar.
 
Masih saya ingat,
Pertama saya merasa sadar,karena sudah tobat
Hingga setiap hari,saya selalu hadir di majelis taklim
Beribadah,menyembah Tuhan,membincangkan hamba Tuhan
Menghitung halal haram,menimbang siapa yang kafir dan siapa yang akan masuk neraka
Hingga dimana pun saya temukan,selain orang beriman,
Saya semprot dengan mengutip firman Tuhan
Sejak saat itu,saya merasa sudah menjadi orang beriman
Saya merasa setara dengan orang-orang suci
Merasa sekaum dengan orang-orang yang sudah dijamin sorga oleh Tuhan
Tapi beberapa tahun kemudian,
Dalam keheningan saya malu
Kenapa saya sibuk menampakkan diri sebagai orang beriman?
Kenapa saya harus memasang pengumuman bahwa saya orang beriman?
Ah … itulah sekelimut jaket keberagamaan saya di masa lalu
Sebuah arogansi ekspresi keagamaan di masa pubertas beragama
Tapi saat ini,
Saya sudah tobat berteriak
Saya tak kan membeli celana jeans lagi
Saya sudah ikhlas memakai celana robek
Asal celana dalam saya benar-benar nyaman
Karena celana luar hanya untuk orang lain
Sedang celana dalam untuk diriku sendiri
Saatnya saya bergerak ke “dalam” setelah sibuk promosi ke “luar”
Agamaku kini........... diam di dalam ...............

Selasa, 22 November 2011

Trilogi Wulung Sengoro 1

Baya sira arsa mardi kamardikan Hayuwa samar sumingkiring dur kamurkan

Bumi pardikan Ki wulung sengoro
Terjajar gundukan gundukan batu di selimuti semak belukar
Tertata rapi sungai sebagai jalan air di sela gunung
Di bawah batu gunung mengalir sungai tersembunyi
Intulah Negara Kerta Wuyung

Negra gemah ripah loh jinawi
Ning Ra pernah toto tentrem kerto raharjo

Merdeka dengan darah, duka nestapa
Nggendol sengsara tiada batas
Penghianatan demi penghiantan telah terlampaoi
Dari teman, saudara, atao panembahan
Peperangan terus menjalar
Hingga harta rampasan tercerai berai
Peninggalan Kakek pramesti di kerta wuyung teleah terampas
Di kejauhan hingga menjadi barang rebutan

Seorang pertapa telah tersingkir dari Negara kerta Wuyung
Tinggal di negara bependuduk rambut emas
Menemui kakang bedowarno
Kakang yang telah juga  beda bahasa
Kakang yang telah begitu kuatnya memegang  kunci  warisan leluhur
Kakang Yang telah menguasai sebagian peniggalan kakek di pramesti

Sang pertapa tetap bersila di tepian sungai suyin
Menyusun kekuatan batiniah terlindungi kakang bedo warno
Duduk menunggu perintah raja Nusawuyung
Keturunan raja Matahari dan Nyamplungcengkir
Adalah keturunan Ki wulung Sengoro
Sebelum runtuh dan menjadi Kerta Wuyung

Di tengah buih angin perputaran malam yang berbeda
Sang pertap mendapat pertanda
Di iringi cahaya menyilaokan tejatuh di utara
Kedatngan Paduka raja segera tiba

Muda Sura Negara dan Muda Sura Gento
Menghadap sang pertapa di iringi kakang bedo warno
Padupan di nyalakan wewangian meniuapkan hawa mistis
Suara alam bergetar
Menyuarakan keadilan,kesjajaran,dan budi pakerti
Baya sira arsa mardi kamardikan 
Hayuwa samar sumingkiring dur kamurkan

Jumat  Legi Tahun alif
Telah menjadi kesepakatan
Sang pertapa mengahiri samadi
Menjadi saksi menghayu hayuning bawono
Muda Sura Negara dan Muda Sura Gento
Juga telah mempersiapkan diri sebagai benteng dan komando
Di balik semua itu kakang bedo warno telah mempersiapkan
Saudara sepupu yang telah menjadi raja di negeri Gajah Gobang
Negeri para raksasa yang digdaya
Sebagai wakil negara yang telah memenagi perebutan

Terlibat sebuah perdebatan
Yang ahirnya di menangi Suro Negoro
Emas pardikan telah di akuinya
Sebagai rampasan milik negara Kerta Wuyung
Tetes darah janji telah di teteskan
Dari setiap jari para raja ayng terwakili
Di mangkok giok pertanda persetujuan
Pengakuan yang hanyalah kosong
Karena tetap tidak bisa di kembalikan
Negara raksasa Maniak perang
Sehingga negara merlimpah hutang
Emas pardikan sebagai jaminannya
Maka tunduklah ia di depan kakang bedo warno
Banyaknya kewajiban yang tak bisa ia penuhi

Malam itu kakang bedo warno mengadakan pesta
Pesta guna menyambut Paugering samadyo
Liukan penari dan minuman surga di turunkan
Semua telah tersirep oleh rasa yang sama
Karena tak ada yang menang karena mengalahkan

Di pojok ruangan sang pendeta menyendiri
Menikmati hidangan yang puluhan tahun tak menyentuh
Di hatinya terdapat kegalaoan mendalam
Diamnya adalah wisnu yang bersemayam
Sehingga kejauhan netra telha melihat

Muda gento mendekati
Berucap lirih tanda penghormatan
Bagi seorang pertapa yang teramat jauh dari pribadinya
Pribadi Muda Gento yang Manggento
Sudilah Muda meminta petunjuk
Apa gerangan yang telah terlihat di ufuk jauh?
Sang pertapa terperangah
Tak bisa membayangkan seorang muda yang gento
Hidup Bagai Buto bisa melihat kedalaman hatinya
Terbukalah hatinya kini
Di atas langit ada langit
Walo puluhan tahun mengasah kolbu
Tetapi tetap masih ada manungsa yang bisa membacanya
Dengan lirih ia menjawab
Berhati hatilah Nak
Karena cahaya langit telah muncul kembali
Menandakan ini bukan ahir dari sebuah perjuangan
Negara Gajah Gobang akan terjadi perbutan
Dan di negara kita terkena imbasnya



















TAULADAN SEORANG PEMIMPIN

Ahmadinejad, seorang tokoh di dunia nyata yang berhasil membuat dunia terpesona dengan kebijakannya yang jauh dari kemewahan seorang pemimpin. Seberapa sederhanakah beliau ini? Let me tell you. Berikut ini saya kutipkan sebagian dari yang saya baca dari beberapa sumber.
Konon ketika beliau sudah menjabat sebagai walikota Teheran yang memiliki populasi lebih besar daripada Jakarta ia masih tampil dengan sepatu yang bolong-bolong. Ia menyapu jalanan Teheran dan bangga dengan itu. Sampai sekarang pun ia masih tampil dengan kemeja lengan panjang sederhana sehingga jika kita tidak mengenalnya dan bertemu dengannya kita tidak akan pernah mengira bahwa beliau adalah seorang presiden. Ya presiden dari sebuah negara besar.
Sebelum menjabat sebagai presiden Iran beliau adalah walikota Teheran, periode 2003-2005. Teheran, ibukota Iran, kota dengan sejuta paradoks, memiliki populasi hampir dua kali lipat dari Jakarta, yaitu sebesar 16 juta penduduk. Untuk bisa menjadi walikota dari ibukota negara tentu sudah merupakan prestasi tersendiri mengingat betapa Iran adalah negara yang dikuasai oleh para mullah.
Ia bukanlah ulama bersorban, tokoh revolusi, dan karir birokrasinya kurang dari 10 tahun. Beliau tinggal di gang buntu, maniak bola, tak punya sofa di rumahnya, dan kemana-mana dengan mobil Peugeot tahun 1977. Penampilannya sendiri jauh dari menarik untuk dijadikan gosip, apalagi jadi selebriti. Rambutnya kusam seperti tidak pernah merasakan sampo dan sepatunya itu-itu terus, bolong disana-sini, mirip alas kaki tukang sapu jalanan di belantara Jakarta.
Nah! Kira-kira dengan modal dan penampilan begini apakah ia memiliki kemungkinan untuk menjabat sebagai walikota Depok saja, umpamanya? Dalam tempo setahun pertanyaan tentang kemampuannya memimpin terjawab.
Warga Teheran menemukan bahwa walikotanya sebagai pejabat yang bisa dibanggakan. Tanpa merasa risih beliau bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota, gatal tangannya jika ada selokan yang mampet dan turun tangan untuk membersihkannya sendiri, menyetir sendiri mobilnya ke kantor dan bekerja hingga dini hari sekedar untuk memastikan bahwa Teheran dapat mejadi lebih nyaman untuk ditinggali. “Saya bangga bisa menyapu jalanan di Teheran.” Katanya tanpa berusaha untuk tampil sok sederhana.
Di belahan dunia lain sosoknya mungkin dapat dijadikan reality show atau bahkan aliran kepercayaan baru. Sejak hari pertama menjabat ia langsung mengadakan kebijakan yang bersifat tidak populer seperti memisahkan lift bagi laki-laki dan perempuan (ini tentu menarik hati para wanita di Teheran), menggandakan pinjaman lunak bagi pasangan muda yang hendak menikah dari 6 juta rial menjadi 12 juta rial, pembagian sup gratis bagi orang miskin setiap pekan, dan menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum publik! Ia sendiri memilih tinggal di rumah pribadinya di kawasan Narmak yang miskin yang hanya berukuran luas 170 m persegi.
Ia bahkan melarang pemberian sajian pisang bagi tamu walikota mengingat pisang merupakan
buah yang sangat mahal dan bisa berharga 6000 rupiah per bijinya. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai pekerja keras yang sengaja memperpanjang jam kerjanya dari pagi hingga menjelang maghrib agar dapat menerima warga kota yang ingin mengadu.
Namun salah satu keberhasilannya yang dirasakan oleh warga kota Teheran adalah spesialisasinya sebagai seorang doktor dibidang manajemen transportasi dan lalu lintas perkotaan. Sekedar untuk diketahui, kemacetan kota Teheran begitu parahnya sehingga saya pernah dikirimi salah satu foto lelucon dari berbagai belahan dunia dengan judul “Only in _Equot; . salah satunya dari Teheran dengan judul “Only in Teheran” dengan foto kemacetan lalu lintasnya yang bisa bikin penduduk Jakarta menertawakan kemacetan lalu lintas di kotanya.
Mengagumkan, secara dramatis ia berhasil menekan tingkat kemacetan di Teheran dengan sebuah manuver tajam. Dicopotnya lampu-lampu di perempatan jalan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar balik yang sangat efektif.
Setelah menjabat dua tahun sebagai walikota Teheran ia masuk dalam finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor 2005 dari 550 walikota yang masuk nominasi. Hanya sembilan yang dari Asia, termasuk Ahmadinejad.
Tapi itu baru awal cerita. Pada tanggal 24 Juni 2005 ia menjadi bahan pembicaraan seluruh dunia karena berhasil menjadi presiden Iran setelah mengkanvaskan ulama-cum-mlliter Ali Hashemi Rafsanjani dalam pemilihan umum. Bagaimana mungkin padahal pada awal kampanye namanya bahkan tidak masuk hitungan karena yang maju adalah para tokoh yang memiliki hampir segalanya dibandingkan dengannya?
Dalam jajak pendapat awal kampanye dari delapan calon presiden yang bersaing, Ali Akbar Hasyemi Rafsanjani, Ali Larijani, Ahmadinejad, Mehdi Karrubi, Mohammed Bhager Galibaf,
Mohsen Meharalizadeh, Mohsen Rezai, dan Mostafa Min, popularitas Ahmadinejadpaling buncit.
Pada masa kampanye, ketika para kontestan mengorek sakunya dalam-dalam untuk menarik perhatian massa, Ahmadinejad bahkan tidak sanggup untuk mencetak foto-foto dan atributnya sebagai calon presiden. Sebagai walikota ia menyumbangkan semua gajinya dan hidup dengan gajinya sebagai dosen. Ia tidak mampu untuk mengeluarkan uang sepeser pun untuk kampanye! Sebaliknya ia justru menghantam para calon presiden yang menggunakan dana ratusan milyar untuk berkampanye atau yang bagi-bagi uang untuk menarik simpati rakyat.
Pada pemilu putaran pertama keanehan terjadi, Nama Ahmadinejad menyodok ke tempat ketiga. Di atasnya dua dedengkot politik yang jauh lebih senior di atasnya, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Mahdi Karrubi. Rafsanjani tetap menjadi favorit untuk memenangi pemilu ini mengingat reputasi dan tangguhnya mesin politiknya.
Tapi rakyat Iran yang cenderung cerdas dan memiliki kesadaran punya rencana dan harapan lain, Ahmadinejad memenangi pemilu dengan 61 % sedangkan Rafsanjani hanya 35%. Logika real politik dibikin jungkir balik olehnya. Dan bukan tidak mungkin jika ada campur tangan Allah swt didalamnya.
Ahmadinejad memang penuh dengan kontroversi. Ia presiden yang tidak berasal dari mullah yang selama puluhan tahun telah mendominasi hampir semua pos kekuasaan di Iran, status quo yang sangat dominan. Ia juga bukan berasal dari elit yang dekat dengan kekuasaan, tidak memiliki track-record sebagai politisi, dan hanya memiliki modal asketisme, yang untuk standar Iran pun sudah menyolok.
Ia seorang revolusioner sejati sebagaimana halnya dengan Imam Khomeini dengan kedahsyatan aura yang berbeda. Jika Imam Khomeini tampil mistis dan sufistis,Ahmadinejad justru tampil sangat merakyat, mudah dijangkau siapapun, mudah dipahami dan diteladani. Ia adalah sosok Khomeini yang jauh lebih mudah untuk dipahami dan diteladani. Ia adalah figur idola dalam kehidupan nyata.
Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet sederhana biasa yang mudah dibersihkan.
Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan sederhana biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.
Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwarekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
Langkah pertamanya saat menjadi presiden adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.
Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimiliki seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.
Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas sederhana yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.
Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.
Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya menjadi suatu acara sederhana yang biasa saja.
Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden?
Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.
Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka. Bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet sederhana biasa saja.
Baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. sebegitu sederhana kah Sang Presiden di Negara kaya minyak Iran?
Seorang ‘satria piningit’ yang mewujud dalam sosok nyata.Sebagaimana mentornya, ia tidak terpengaruh oleh kekuasaan. Kekuasaan seolah tidak menyentuh karakter-karakter terdalamnya. Ia seolah memiliki ‘kepribadian ganda’, di satu sisi ia bisa bertarung keras untuk merebut dan mengelola kekuasaan, dan di sisi lain ia bertarung sama kerasnya menolak segenap pengaruh kekuasaan agar tidak mempengaruhi batinnya.
Tidak bisa tidak, dengan karakter yang demikian kompleks itu seorang revolusioner macam Ahmadinejad memang ditakdirkan untuk membuat banyak kejutan dan drama pada dunia. Ia memangkas semua biaya dan fasilitas kedinasan yang tidak sinkron terutama dengan urusan pribadi.
Dalam pandangannya, untuk mewujudkan masyarakat Islam yang maju dan sejahtera, pejabat negara haruslah memiliki standar hidup yang sama dengan rakyat kebanyakan., mencerminkan kehidupan nyata dari masyarakatnya, dan tidak hidup di menara gading.
Ia menetapkan PPN baru bagi orang-orang kaya dan mengunakan dananya untuk membangun perumahan bagi rakyat miskin. Ia membawa ‘uang minyak ke piring-piring orang miskin’ dengan mengalokasikan 1,3 milyar dollar untuk program bantuan bagi kalangan muda untuk menikah, memulai usaha baru, dan membeli rumah.
Meski mengagumi Imam Khomeini dan hidup asketis tidak berarti ia konservatif. Ia bahkan tampil moderat. Meski telah terpilih menjadi presiden ia sama sekali tidak mengubah penampilannya. Ia tetap tampil bersahaja dan jauh dari pamor kepresidenan. Pada salah satu acara dengan kalangan mahasiswa salah satu peserta menanyakan penampilannya yang tidak menunjukkan tampang presiden tersebut.
Dengan lugas ia menjawab,:”Tapi saya punya tampang pelayan. Dan saya hanya ingin menjadi pelayan rakyat.”
Air mata saya mengalir membaca ini. Subhanallah! Alangkah rendah hatinya pemimpin satu ini. Tak salah jika ia dicintai oleh bagitu banyak mahluk Tuhan di seluruh muka bumi.
Saya tidak ingin menulis lebih panjang tentang tokoh satu ini. Saya menganjurkan setiap orang untuk membeli buku biografinya dan membacanya sendiri dan menikmatinya sebagaimana saya menikmatinya. Belikan satu buku untuk anak Anda dan biarkan ia mengenal satu tokoh besar dunia yang masih hidup dan mudah-mudahan kelak dapat mengikuti jejaknya. Saya hanya ingin menutup tulisan ini dengan pendapatnya mengapa ia bersikeras agar Iran memiliki teknologi nuklir. Katanya,:
”Jika nuklir ini dinilai jelek dan kami tidak boleh menguasai dan memilikinya mengapa kalian sebagai negara adikuasa boleh memilikinya? Sebaliknya, jika teknonuklir ini baik untuk kalian, mengapa kami tidak boleh juga memakainya?” Suatu argumen sederhana yang bahkan tidak mampu dijawab oleh negara-negara Barat. Itu sebabnya Bush tidak bersedia bahkan terlihat gentar meladeninya dalam suatu tantangan debat di PBB.
Siapakah sosok Mahmud Ahmadinejjad yang berhasil membuat dunia terpesona. Dan kami mengira tidak ada satupun karakter dan kebiasaan kaum Yahudi atau Teroris yang melekat padanya. Sayang sekali hingga detik ini kami belum berhasil mengetahui nama asli dari bapak kandungnya. Mungkinkah beliau adalah seseorang yang ditunggu dunia di akhir zaman ???
“Telah bersabda Rasulullah SAW, “Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari umatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya. Dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya. (HR. Muslim dan Ahmad)

“Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, . Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun. (HR. Thabrani) ”
Jika itu benar, maka akhir dunia kini tinggal menunggu waktu, karena kemunculannya (imam Mahdi) adalah tanda penghubung antara kiamat sughra dan kiamat kubro. Wallahu A’lam Bisshowab
.............di sunting dari http://ahmadsamantho.wordpress.com  by kiwul gembel................. 

Senin, 21 November 2011

KRANGKENG WARNa

Pantai rumpit
Aliran sungai membelah gunung gandasuli dan cincingguling
Jembatan dan pohon daon menghantarkan di pantai ini
Bebatuan kapur berada di sstiap sisi kanan muara
Tetapi pagi ini terasa begitu gelap
Angin timur menyapu getaran ombak berebut tepian
butiran air,pasir dan garam terbawa angin
Meliuk di antara hamparan pasir pagi menyingsing

Dini hari
Gembel penunggu muara sumadyo bumi
Merengkuh malam bersila pasir
Ubun ubun mengepul hawa ungu kekuningan
Aroma lembab panas berair
Menimbulkan gemuruh dari langit 
Memantulkan cahaya menguatkan grafitasi
Cahaya silau terjatuh dari langit utara

Sang guru berucap
Semua unsur telah terpenuhi
Janji terahir telah terucapkan persetujuan dewata
Maju pantang mundur
Sa yeg sa ekoproyo
Rawe rawe rantas malang malang putung
Semua harus berahir di purnama ini
Tak ada lagi esok atao lusa
Semua sudah tersiapkan
Maju atao semua sirna
Wajah sang guru tergetar
Kekerasan kolbu melelehkan karang sekalipn
Murka memuncak ingin melawan menagih janji
Memecahkan gulungan ombak laut
Langit terbelah petir menjulur laksa alif langit
Ku tak bisa lagi lari ucapnya
Ini dunia yang harus terpecahkan

Si gembel pangon tetap diam
Seribu bahasa belum menggoyahkan kersahan hati
Karena seribu warna masih menyelimuti
Kuning mengungkung
Putih merasuk sungsum
Hijo membelenggu
Merah menyalakan cahaya murka
Hitam masih menutup mata
Aku tetap gelap  Guru !!!
Trasnfer terang belum terbuktikan netra
Maafkan gembel  guru
Walo hati tetap alif yang sama
Nurani tetap maujud di kulit berembun
Aku tetap masih kosong
Terbelenggu, kosong terpenjarakan
Cahaya cahaya yang terlalu kuat mengutuk
Jalan hidup yang tak terbacakan
Telah mengikat membuat luka terlalu dalam
Maafkan aku Sang guru,.... Maafkan
Karena bodoh yang memang tak bisa
Maafkan aku sang guru
Karena Lemah yang memang melemaskan
Maafkan  ........

Gembel berlalu .....
Kini sirna oleh gelapnya pedut pagi
Jalan ke barat meyebrang sugai
Duduk di bawah tebing kapur
Tak maujud tinggal batu rumpit
Pertanda keteguhan hati
Njagreg tanpa harap
Yang kini hanya sebagai tempat sandar kapal dan  memancing
Direlakan sudah sebagai penyerta bumi
Di pertiwi nuansa nan agung

...................................Gembel Cyber......


BELAJAR PADA NEGARA NORWEGIA

Baru-baru ini badan program pembangunan PBB (UNDP) menobatkan Norwegia sebagai negara terbaik di dunia, dengan tiga indikator penilaian, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan kesehatan masyarakatnya. Pada rilis tersebut juga mencantumkan Indonesia pada urutan 124 dari 187 negara yang disurvei.

Bagi Norwegia sendiri ini tidaklah mengejutkan karena sebelumnya sudah sembilan kali berturut – turut ditasbihkan sebagai negara yang paling diinginkan sebagai tempat tinggal di dunia oleh lembaga yang sama. Berikut ini ada beberapa fakta menarik tentang kehidupan di Norwegia yang saya dapatkan selama menempuh pendidikan di negara ini.

Bidang pendidikan, Norwegia menggratiskan seluruh biaya pendidikan pada semua jenjangnya, ini juga berlaku bagi warga negara asing yang bersekolah di sini. Misalnya, saya dan lima mahasiswa Aceh lainnya, bantuan beasiswa yang kami dapatkan dari pemerintah Norwegia, hanya kami pergunakan untuk biaya hidup.

Untuk mahasiswa juga disediakan kredit pelajar, artinya selama mahasiwa menyelesaikan pendidikan, biaya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari seperti penginapan, makanan dan lainnya mereka dapatkan dari pinjaman bank dan akan mulai membayar cicilan ketika telah menyelesaikan pendidikan dan bekerja. Mahasiswa sama sekali tidak tergantung pada dana orang tua.

Untuk pendapatan penduduknya, negara ini penganut ekonomi sosialis, dengan ciri khasnya adalah perbedaan pendapatan diantara semua profesi tidak terlalu jauh, profesor sampai petugas kebersihan bisa hidup layak dari gaji mereka, bila profesor menggunakan mobil ke kampus, maka begitu juga dengan petugas kebersihan. Ciri khas lainnya, pajak yang tinggi, sehingga yang terjadi adalah yang beperpendapat tinggi membantu yang lainnya.

Bagaimana kalau kita sedang tidak memiliki pekerjaan atau karena alasan tertentu kita  tidak mampu bekerja sebagaimana lazimnya?, tenang, pemerintah akan mensubsidi biaya hidup dan membantu mencari pekerjaan untuk kita.

Bila anda penduduk Norwegia dan berumur 67 tahun, saatnya mengambil pensiun dan mempergunakan waktu untuk menikmati hidup, berliburanlah ke banyak negara. Pada usia tersebut semua orang akan mendapat gaji pensiun, terlepas apapun pekerjaan anda, pegawai negeri, pegawai swasta, pebisnis atau anda hanya petani, semua akan mendapat pensiun yang yang layak.

Sebagai ilustrasi gaji, kawan saya, yang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit, mendapat bayaran 200 kroner (300 ratus ribu rupiah) per jam, kalau satu hari kerja delapan jam, maka pendapatannya 2,4 juta rupiah per hari. Jika bekerja pada hari libur atau hari-hari besar maka pendapatannya akan lebih dari itu.

Untuk bidang kesehatan, Norwegia juga menggratiskan biaya perawatan kesehatan. Saya pernah dirawat enam hari di sebuah rumah sakit, saya bisa merasakan kualitas pelayanan rumah sakit mereka. Selain biaya rawat inap, obat-obatan, mereka juga menggratiskan ambulance. Untuk makanan, pasien bisa pergi sendiri ke dapur dan makan semau dan sepuasnya, kecuali pasien yang harus tetap diatas tempat tidur tentunya.

Standar ruangan dan pelayanan sama untuk semua masyarakat termasuk raja dan keluarganya, ruangan di rumah sakit tidak menganal perbedaan kelas, tidak ada bangsal ataupun VIP, semua ruangan sama, tergantung kebutuhan pelayanan saja.

Menjadi wanita hamil sangat terhormat di negara ini, selain menggratiskan semua biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan, pada saat melahirkan seorang ibu juga akan menerima bantuan dari pemerintah sebesar 35 ribu kroner (55 juta rupiah).
Pertanyaanya BISAKAH INDONESIA YANG KATANYA LEBIH KAYA ???????

Minggu, 20 November 2011

RADEN ANTASENA

Raden Antasena adalah putra Arya Wekudara yang ketiga dengan Dewi Urangayu, putri Sanghyang Baruna, dewi ikan yang berkedudukan di Kisiknarmada. Pertemuan Bima dengan Dewi Urangayu terjadi ketika Resi Druna menguji siswanya di perguruan Sokalima. Saat itu Werkudara diadu dengan duryudana, karena kalah dalam menggunakan gada, Duryudana sakit hati. Ia menyuruh Dursasana agar melenyapkan Werkudara.

Dursasana pura-pura mengadakan pesta memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara diajak minum tuak. Karena terlalu banyak minum, Aryaa Sena mabuk dan jatuh pingsan. Dalam keadaan pingsan itulah tubuh Sena diikat lalu diceburkan ke dalam sungai Jamuna. Tubuh Bima hanyut hingga ke Kisik narmada (pertemuan sungai Jamuna dan sungai Gangga). ia ditolong oleh Batara Baruna dan disembuhkan dengan air Rasakunda. Akhirnya Arya Bima dijodohkan dengan putrinya Dewi Urangayu adik Urang Rayung yang menjadi istri Anoman dan berputera Trigangga. Perkawinan Bima dengan Dewi Urangayu inilah akhirnya Arya Sena berputera Raden Antasena, berkedudukan di Kisik Narmada ikut kakeknya.
Bersamaan lahirnya Antasena, kahyangan Suralaya sedang digempur angkatan dari Girikadasar di bawah kekuasaan raja Kalalodra. namun raja raksasa berwajah ikan itu dapat dibinasakan oleh Antasena yang saat itu masih bocah. Dengan keberhasilan menumpas musuh dewa tersebut, Resi Mintuna (kakek Antasena) diangkat menjadi dewa menguasai ikan dengan gelar Batara Baruna.

Ketika Resi Bisma menyelenggarakan perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga, Kurawa dan Pandawa saling berlomba. Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin oleh Antasena berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi nama Sungai Serayu. Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali Serayu, maka sungai itu dinamakan Kelawing atau terbalik. Nama Kelawing dalam pedalangan disebut Kali Cingcinggoling.

Ketika usai perlombaan, Kurawa yang sakit hati kembali berusaha ingin membinasakn Pandawa. Ia bersekutu dengan raja Girisamodra Prabu Gangga Trimuka. Atas bujuk Sengkuni, Gangga Trimuka akan menguasai Tribuwana jika dapat membunuh padanwa sebagai tumbalnya. Prabu Gangga Trimuka kemudian menangkap Pandawa dan dipenjara ke dalam gedung kaca bernama Kongedah, sehingga Pandawa mati lemas di dalam penjara gedung kaca tadi.

Mengetahui Pnadawa dipenjara, Antasena melabrak raja Girisamodra. Prabu Gangga Trimuka dibinasakan dengan belai upas (sungut upas Jw.) dan Pandawa dikeluarkan dari Kongedah. Melihat kondisi Pandawa mati lemas, Antasena segera menghidupkan kembali dengan air kehidupan Madusena. Atas kemufakatan Pandawa, negara Girisamodra kemudian diserahkan kepada Antasena.
Tidak berbeda dengan Antareja, kakaknya. Antasena juga memiliki sisik pada kulitnya yang berfungsi untuk menangkal senjata tajam. Keduanya juga dapat membenamkan diri ke dalam tanah dan tak akan mati jika tubuhnya masih menyinggung air ataupun tanah. Dalam pedalangan, Antasena kawin dengan Dewi Manuwati, putri Arjuna dan Dewi manuhara.

Akhir riwayat Antasena diceritakan sebagai berikut: Pada waktu perang bharatayudha hampir terjadi, Antasena menghadap Sanghyang Wenang di kahyangan Alang-alang Kumitir. ia menanyakan tentang dirinya, bagaimana sikapnya menghadapi perang bharatayudha. Sanghyang Wenang menjelaskan bahwa Antasena tidak terdaftar di dalam kitab Jitapsara, bahakan oleh Sanghyang Wenang, ia dilarang terjun ke medan tempur. Apabila Antasena terjun, Pandawa justru akan mengalami kekalahan. Antasena dianjurkan menjadi tawur keluarga demi kejayaan Pandawa, akhirnya putra Bima itupun menurut. Sanghyang Wenang lalu memandang tubuh Antasena, yang semakin lama semakin kecil lalu hilang muksa ke alam nirwana. Bentuk/Wandanya

BIMA


Bima, seorang ksatria berdarma utama dan sekaligus juga seorang ‘mahasiswa’, dan sama sekali bukanlah seorang ‘minisiswa’, yang menerima dan menelan mentah-mentah begitu saja semua kata-kata gurunya. Ia merupakan gambaran manusia yang selalu teguh dan tegar dalam pendirian, serta bijak dalam bersikap.

Kali ini, kita berhadapan dengan tokoh Bima dan belajar darinya tentang makna seorang guru dan perannya dalam kehidupan kita..
Bima, adalah murid yang sangat patuh kepada gurunadinya, yaitu Sang Pandhita Durna. Sebagai seorang murid yang sangat menghormati gurunya, Bima bahkan bersedia melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak masuk akal sehat, hanya untuk memenuhi permintaan gurunya. Tetapi, Bima adalah seorang ksatria yang tidak hanya memakai rasa semata, tetapi juga memakai akal dan otaknya untuk mencerna berbagai hal yang diminta untuk dijalankan oleh gurunya. Berbagai permintaan gurunya itu, menjadikannya berpikir dan merenungkannya dalam-dalam, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa seorang guru memperlakukan dirinya seperti itu.
Perenungan yang dalam, hening, tenang, dan tidak direcoki hawa nafsu dan emosi; serta kepasrahannya kepada Gusti Yang Murbeng Jagat, membuat Bima disadarkan atas jati dirinya, atas baik dan buruk peri-lakunya, atas tanggung-jawabnya terhadap masa depannya, atas hubungan dan perannya dengan hati kecilnya, atas perannya sebagai seorang ksatria yang berdarma bakti utama, serta pemahamannya atas hubungan antara guru dan murid. Karena itu pula, permintaan gurunya yang sampai pada tahap tidak masuk akal sekalipun, dimaknai sebagai suatu petuah guru yang harus diturut, tetapi dalam konteks tidak diturut mutlak begitu saja. Karena itu pula, Bima tidak pernah menyatakan ‘tidak sanggup’ kepada gurunya. Dalam cerita yang manapun, Bima selalu mengatakan kesanggupan lebih dahulu dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan sedikitpun. Setelah dijalani, barulah Bima membuat kesimpulan berdasar kerendahan hati, kebeningan hati, dan wawasan pengetahuan raga dan rasa yang menjadi bekal kehidupannya.
Meskipun akhirnya Bima juga sadar dan memahami bahwa Pandhita Durna sebenarnya hendak mencelakakan dirinya, tetapi ia tetap sangat menghormati Pandhita Durna sebagai gurunya. Kesadaran dalam hati nuraninya yang bening, menjadikan ia memahami, bahwa jika saja fatwa dan permintaan Pandhita Durna itu tidak pernah disampaikan kepadanya, maka ia besar kemungkinan ia juga tidak akan pernah menemukan jati dirinya. Bahkan, sangat mungkin ia juga tidak akan pernah bisa bertambah wawasan, kepandaian, dan ilmu pengetahuannya. Jadi, dalam pemahaman Bima, permintaan Pandhita Durna itulah yang membuat Bima akhirnya bisa menemukan jalan untuk menjadikan dirinya seorang ksatria berdarma utama, obyektif, dan tetap memakai kedua kemampuan (rasio dan rasa), yang dikaruniakan kepadanya oleh Yang Maha Menguasai Hidup dan Matinya…..

Sesungguhnya, Bima sudah berperan dan bertindak menjadi seorang ksatria berdarma utama dan sekaligus juga menjadi seorang mahasiswa yang mempunyai wawasan sangat terbuka, serta memakai dua kemampuan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepadanya secara seimbang dan bijaksana.
Sekarang, cobalah kita bandingkan dengan diri kita sendiri. Sudahkah kita bersikap seperti Bima? Untuk membangun bangsa Indonesia, kita memerlukan berjuta-juta Bima, dan bukannya satu atau sekedar dua Bima semata. Guru atau dosen yang di mata khalayak muridnya dipandang sebagai orang yang selalu memojokkan dan membuat anda kepada sejumlah kesulitan, karena memberi tugas yang menyulitkan dan mungkin juga tidak masuk akal. Bagaimana sikap kita saat kita sudah dewasa sekarang?
Semoga kita semua  bisa belajar dari seorang Bima, dan menjadikan kehidupan kita semua menjadi jauh lebih baik dan lebih bijak. Dan, bisa mengarungi badai di samodra kehidupan secara tegar, teguh, dan tanpa ragu-ragu sedikitpun. Semoga

jawanis yang jawanis hidup di jawa menjadi jawanis tetapi bukan jawanisasi

Sabtu, 19 November 2011

MBAH MANTEN

Hari ini perjalananku kembali di kampung moyangku, melewati jembatan ini terlintas kembali perjalananku 13 tahun yang lalu. ketika pak Naya adalah seorang bapakku, si tukang telor bebek keliling biasa. Jembatan ini membangunkan ingatanku ketika berada di keranjang telor di imbangi dengan telor sebelah kiri tergantung di boncengan sepeda unta, inventaris si Mbah Manten.

Betapa nakalnya aku, ketika kubuat anak kecil menangis di belakang sepeda bapak, dia duduk di boncengan balita yang tergantung di stang sepeda ibunya. sengaja selalu kujulurkan kepalaku dan lidahku sehingga dia ketakutan dan menangis tiada henti.

Si kang Naya Bapaku penjual telor bebek, yang tiap hari berkeliling dari kampung yang satu ke kampung lainnya. bersandal jepit selen, baju putih polos tak bermoif dan celana pendek bolong karena terlalu sering dipakai. wajah hitamnya penuh pengharapan, kakinya tak letih mengayuh sepeda menyebrangi sungai, menaiki pucuk desa. Siapa yang menyangka bahwa dia adalah cucu seorang Lurah yang amat di segani dan di cintai masyarakat di desa Karanggara. jabatan kakeknya tak sedikitpun membuat dia manja.

Si bapakku itu berjalan pelan menuruni jembatan pembatas desa, menyusuri pinggirpinggir kali yang surut airnya. sementara itu di seberang sana telah berjejer warga menantikan seikat receh dari si tukang telor. kulihat ketika mereka tersenyum haru menepuk punggung bapakku dan memberikan seikat sayur-mayur hasil panennya. di letakan sayur-mayur di jejer keranjangku. aku bertanya pada si bapak mengapa mereka berikan sayuran itu? bapak hanya menjawab, "itu karena  simbah :)"

Perjalanan berlanjut, terus dikayuh sepeda tua yang hampir patah pedalnya karena tak pernah berhenti bekerja. si tukang telor berhenti di gubug reot yang kukira sudah tak berpenghuni. seorang nenek keriput berjalan bungkuk membuka pintu, di bawanya seplastik telor bebek. kata bapak, nenek ini selalu menjual telor bebeknya pada bapak. aku masih di keranjang, bapakku langsung menghampirinya. nenek itu menangis sembari memeluk bapak. seperti ada sesuatu yang serius dibicarakan nenek, tak bisa kudengar apa yang mereka bicarakan. diletakan telor di keranjang sampingku lagi, bapak mengambil receh di saku belakang clananya, karna hanya tinggal satu satunya kantong di celananya yang masih utuh. di kayuh lagi sepeda tuanya. aku bertanya pada bapak, "mengapa nenek itu menangis?", bapak hanya menjawab, "itu karna simbah" . aku menjadi bingung dengan jawaban bapak, ku pejamkan mataku tapi tetap saja aku tak mengerti.
keranjang yang kunaiki lebih miring dari tadi pagi, ini menandakan bahwa telor telor di keranjang sebelah telah menjadi berat di banding beban badanku. adzan maghrib telah terdengar, semakin cepat sepeda ini dikayuh. sampailah di rumah simbah, di angkat aku dari keranjang, ku bawa masuk sayur-mayur yang diberikan warga tadi, dan bapak membawa sisa dagangannya

Kegelapan mulai menghampiri pekarangan belakng rumah kang Naya si bapaku baru selesai memilah telur besar,sedang,kecil dan yang pecah untuk di goreng sebagai teman nasi makan malam kami sekeluarga.Aku tak mengerti mengapa sore itu simbah meneteskan air mata sembari mengucap Alhamdulillah?  Bapak dan si bu Naya ibuku hanya diam terlihat di wajahnya sendu melihat rasa bersyukur simbah hingga meneteskan air mata

Kini kami telah duduk di depan tv, Rasa sukur yang terdalam masih terpancar jelas dari tatapan mata simbah yang biasanya tajam dan berwibawa, Hem gumam simbah memulai cerita,.... kini badanku sudah begini renta cu untuk berfikir jauh dan panjang apalagi mengingat meraka rakyatku yang kucintai, Aku telah mandito di pojok mushola reot ini untukmu dan semua rakyatku, Mbah saneb adalah janda tua yang dulu pernah di aniaya oleh anaknya sendiri karena terbelit hutang rentenir, aku tak bisa menyalahkan si anak karena dia terjerat rentenir demi usaha dan kelangsungan keluarga yang di dalamnya adalah mbah saneb, sedangkan simbah mempertahankan rumahpun tidak salah karena hanya tinggal itu tempat untuk berlindung, akhirnya ku jual sebagian bengkok lurahku guna membayar hutang si anak tukang ngamuk itu, Alhamdulilah si anak tukang ngamuk sekarang telah memiliki bebek begitu banyak hingga simbah saneb bisa hidup layak sebagai manusia, dan aku si lurah gembel tetap tidak menjadi kere, Tak pernah sedikitpun ku harapkan pemberian mereka tetapi ku harapkan sebaliknya, Taobat si rentenir untuk menolong adalah sebuah keikhlasan bukan membuat bunga mata uang menjerat leher yang dia akui sebagai pertolongan tetapi si pongah rakus itu tetap tak bisa menikmati dalamnya sebuah nikmat ikhlas ketika sebuah pertolongan ia lakukan.Lalu siapa lagi yang akan melindungi mereka semua saudara saudaraku yang ku cintai dari kemurkaan dan kekuatan keserkahan yang lebih kuat? Sedangkan Tuhan telah mereka gantikan dengan Uang, sabar mereka ujudkan dengan kemewahan, dan ikhlas mereka simbolkan dengan riya, Duh Gusti turunkan kekuatanmu, tunjukan kemampuanmu, wujudakan kemakmuran meraka.dan jangan jadikan cucuku yang sembrono ini sebagai orang kaya yang memiliki pedang dan uang tetapi harta  yang bernyawakan welas asih. Begitu simbah mengahiri gumamannya samibil memegang kepala kang naya si bapaku.aku rasakan begitu sayaangnya simbah pada bapaku yang ternyata si kang Naya ini adalah bapaku cucu simbah yang sama gembelnya dengan simbah.

Masih ku ingat pertanyaanku pagi itu pada simbah, 
Kalo dulu simbah pak lurah kenapa sekarang tidak sekaya pak manten yang rumahnya di pinggir jalan raya itu?
Dan kalo dulu simbah lurah terkenal kenapa tidak simbah tolong kang Naya bapuku itu yang jelas cucu simbah untuk mengabdi pada pemrentah yang katanya paling berkuasa?
Yut yut... sampean pancen ngeyel podo bapakmu pertanyaanmu iku koyo wong pinter wae,
ki tak kei ngerti yut...
Lah wong simbah dulu ki ngabdine ra karo duit tapi sama welas asih dadi simbah yo ga butuh dit
Lah bapakmu yang ngeyelnya dubilah mindalik iku senenge megawe ro wong  ndeso ndeso kui bukan sama bupati, coba kamu liat itu potongane wae gembel ngono iku
kini ku mengerti kenapa penduduk kampung begitu menyukai simbahku .................
Sambil berlari ku mencibir pada simbah....... walah simbaeh wae tukng ngeyel opo meneh buyute .............

...........................................................................................Uyut gembel...........

HIKMAH YANG TERABAIKAN


Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan

Jumat, 18 November 2011

JALA SUTA Ngopy

Ia bernama Jala Suta, kata legenda;
lahirnya dikala kedua orang tuanya mengarungi selat Sunda.
Gelombang saksi upacara suci, matahari puncak kedewasaan,
sedang warna perak rembulan, menemani renungannya.
Sementara bintang-gemintang ia petik bagi pelajaran.
(I)
Awan hitam arang di atas selat Sunda;
air bergolak, gelombang memburu memecahkan udara,
dewa-dewi di angkasa saling khianat, negri kahyangan goncang;
bintang-gemintang satu-persatu berguguran menjelma bola api,
lautan mendidih, ikan-ikan pada mati.
Ini prahara pernah diramalkan; jantung langit pecah,
dada samudera tumpah, di musim tak jelas waktunya.
(II)
Telah menjadi ketentuan,
kapal kecil terpontang-panting merasakan gejolak kiamat;
itu kapal satu-satunya, selamat dari bencana.
(III)
Ibu Fatimah mengandung sembilan bulan kerinduan,
berlayar dengan suaminya, Ahmad;
cemas, ribuan petir mencengkeram kulit bergetar,
sayap-sayap malaikat maut siap menenggelamkan.
(IV)
Sedikit demi sedikit,
tuan Ahmad membuang muatan kapal;
ibunda Fatimah meringis kesakitan, dan tak berapa lama,
hujan beserta cambuk kilat menghantam udara,
menikam gelombang memecahkan ombak.
(V)
Ada yang melesat, cahaya putih kebiru-biruan
jatuh menimpa tubuh kapal; bersamaan itu Jala Suta terlahir,
sempurna dirinya dibarengi tarian nafas angkasa di sekitarnya.
(VI)
Awan tadinya menutup selat Sunda,
cepat menyebar ke tepi-tepi cakrawala,
petir malu tangisan bayi,
ombak membabi-buta normal kembali;
hujan reda, air tak lagi mendidih,
bintang-gemintang membiak lagi, begitulah kisahnya.
(VII)
Kapal telah melewati selat Sunda,
takdir selamat digariskan menuju tanah Dwipa.
Kala itu pulau Jawa tengah terjadi pergolakan kekuasaan,
saling sikut pengaruh, peraturan adat tak lagi dijalankan;
agama semacam dongeng kengerian,
di telinga anak-anak beranjak raksasa.
Sedang nasib alim-ulama hilang wibawa;
para pastur, biksu dan romo tak lagi berkhotbah.
(VIII)
Cepat-lambat Jala Suta dewasa,
di negri sedang panas-panasnya;
sinar matahari bagai bara menempa lempeng baja,
kemarau menderu-melanda gunung ke lembah,
wabah penyakit menjelma malaikat maut kedua.
Orang-orang saling bunuh-menikam,
berebutan air untuk ladang-ladangnya;
aparat pemerintah tak sudi menggubrisnya,
kaum saudagar berubah lintah darat semua.
(IX)
Kelaparan melanda raya,
sering terjadi perampokan di mana-mana;
para janda banyak hilang harta benda, malam tak jadi tentram,
penculik seperti hantu gentayangan, tiada tempat aman di sana;
para pemimpin berpesta-pora, para perampok menjarah,
para politisi menjilat, berlidah ular kepala srigala.
(X)
Jala Suta menyaksikan kesemrawutan itu,
bersedih hati, bathin terdorong berhasrat merubahnya;
namun bagaimana anak Fatimah dapat melakukannya?
Sementara bapaknya telah meninggal dunia,
sang ibunda dijangkit penyakit lupa;
seluruh rambutnya beruban, gigi-giginya pada tanggal,
hanya memakan bubur mengunyah kinang,
berdzikir dikeseharian, mengharap Yang Kuasa,
agar Jala Suta kelak dijadikan anak budiman.
(XI)
Doa-doa terbang berasap kemenyan,
ibunda Fatimah menyusul suaminya;
mata terpejam, mati dengan tenang.
Bathin Jala Suta hancur, lahar tumpah di dadanya;
ia kubur ibundanya berhujan airmata,
beserta mendung ia beranjak pulang,
dan ruh sang ibu telah naik tangga
serupa merpati putih penghuni surga.
(XII)
Siang itu alas Roban bau amis,
darah tercecer kuda-kuda bergelimpangan;
para perampok yang dikepalai Surendros mengamuk,
harta saudagar Cina yang melewati hutan itu dirampas paksa,
anak gadisnya bernama Ci’a, dilarikan Surendros ke dalam gua.
(XIII)
Namun siang terik itu berubah gelap pekat,
awan hitam arang berbondong menutupi alas Roban;
Suta datang diiringi cambuk kilat menyerang Surendros,
serasa memukul angin, keduanya saling tabrak kadigjayaan,
Ci’a menggigil ketakutan, berbaju sobek teriris derita perawan.
(XIV)
Jala Suta dan Surendros lemas, terkuras seluruh tenaga,
karna Suta lebih muda, cepatlah pulih kekuatannya;
Surendros balik memburu membabibuta,
laksana banteng kupingnya tersumbat tanah,
sedang anak samudra gesit mengelak meloloskan diri,
bagaikan ikan sili atau belut putih.
Saat tangan Surendros menghantam pohon asam,
batang gosong, bebuah rontok, daun-daun melayang;
waktunya tepat tak disia-siakan Jala Suta,
menikam perut lawan dengan keris pemberian leluhurnya.
(XV)
Surendros terkapar bersimbah darah,
Suta bergegas mendekai Ci’a, dan berkata lembut;
“anak manis, keparat itu telah binasa,
kau boleh pergi sekarang juga.”
“tapi orang tuaku bagaimana tuan?” ;sahut Ci’a,
“mari kita keluar” Jala Suta mengajak keluar Ci’a dari mulut gua.
(XVI)
Menyaksikan Surendros membangkai,
para begundal bersiap-siap menyergap Jala Suta,
namun dengan senyum langit Suta berucap kata;
“lihatlah awan di angkasa sana, petir berkilatan,
semuanya kan pergi jikalau aku menghendaki.”
“menjauhlah saudaraku, tugasmu telah usai”
;Jala Suta memerintahkan awan-gemawan
menyebar ke sudut-sudut cakrawala.
Anak buah Surendros menyaksikan petir-awan pergi perlahan,
mereka ciut nyali; serentak memohon ampun kepada anak Selat.
(XVII)
Jala Suta, sosok utusan di hadapan mereka.
“cepat!, lepaskan ikatan di tubuh saudagar itu”
;kata anak Fatimah.
Lalu Ci’a beranjak berlari memeluk orang tuanya.
(para pengawal saudagar itu banyak tersungkur,
lainnya terluka parah).
(XVIII)
Barang dagangan dikemasi,
lantas pergi membawa kereta kuda yang masih bisa ditumpangi.
Ci’a dan orang tuanya berpamitan; ada senyum Suta dibawa Ci’a,
mereka terus melanjutkan perjalanan, keluar dari alas Roban.
(XIX)
Kini Jala Suta kepala perampok
dari anak-anak buah Surendros;
bertolak dari riuh-gemuruh alas ke kota,
menggoncangkan orang-orang pemerintah,
yang menumpuk harta hasil korupsi, dan
merampas paksa kekayaan lintah darat,
yang memeras keringat rakyat jelata.
(XX)
Anak buah Jala Suta makin banyak,
kilas bertemu gerombolan perampok lain,
beradu kekuatan dan selalu menang;
ia terkenal di kalangan Samin karena loman,
di mata pejabat serta yang dirugikan, ia sosok tak waras.
(XXI)
Suatu malam di lereng gunung Merapi sebelah selatan,
Jala Suta memimpin rapat, pada intinya;
ingin memberontak pada pemerintah.
Paranggi, bekas pemimpin rampok,
menganggukkan kepala tanda setia,
disusul para bekas pemimpin dan anak-anak buahnya.
Malam itu juga strategi pemberontakan dirancang,
dewa-dewi bimbang, bulan sabit sebagai saksinya.
(XXII)
Di waktu tepat ditentukan,
alam telah bersiap-siap menerima goncangan;
para kelelawar itu memporandakan kekuasaan,
dahan reranting pohon bergoyang menghempas,
buah-buah jambu berguguran diterkam kebisingan.
Dan para penguasa tak kalah hebat,
bak burung gagak menjaga wilayahnya,
bertarung habis-habisan di udara pekat.
Anak-anak buah Jala Suta banyak jadi bangkai,
semisal disambar angin taupan menggelombang,
terpukul mundur ke tepian pantai pelarian;
pun Suta, lari tunggang-langgang dari gelangang.
(XXIII)
Hari sial baginya, anak dilahirkan selat Sunda;
kabur menunggang turangga membawa luka,
lengan kirinya tertusuk panah,
dan anak-anak buahnya semangat pecah,
berserakan bagai bebatuan kali tak bermakna.
(XXIV)
Warna fajar menyapu timur raya,
tersungkur badan di tepian telaga;
kabut naik embun berguguran,
ia diangkat seorang putri ke punggung kuda,
dibawanya jasad sekarat itu ke sebuah rumah.
(XXV)
Kebetulan,
ibunda sang putri penolong Jala Suta seorang tabib;
tujuh hari ia sekarat, hari ke delapan siuman,
luka-luka di tubuh berangsur sembuh.
(XXVI)
Ucapan kali pertama Jala Suta dari ketaksadaran;
“di manakah aku ini? Siapa kau penolongku?”
Putri lemah-lembut itu berucap jawab;
“tuan dalam kediamanku, aku membawa tuan kemari,
tuan pingsan di tepian telaga di dekat sini.”
“Siapa namamu gadis cantik?” ;tanya lelaki selat Sunda,
“aku tiada memiliki nama selain Dewi.”
Jala Suta lanjut bicara;
“kau memang pantas menyandang sebutan itu,
bolehkah aku menambahnya menjadi Dewi Tunjung Biru?
Sepertinya kau layak itu, segeraian angin ombak rambutmu.”
(sang putri itu tersenyum, mengangguk tanda setuju).
(XXVII)
Hari berikutnya sebagaimana adanya;
Ibunya Tunjung Biru menanyakan kesehatan Suta,
seluruh anggota tubuhnya dalam kondisi membaik,
digerakkan leluasa, jiwa pun bersemangat kembali,
berselang dari cerai-berainya anak-anak buahnya.
(XXVIII)
Pagi nan elok kata pujangga,
serpihan kabut menjelma butiran embun,
lantas gugur beraturan;
kicauan burung menembangkan kenangan,
ketika wajah mentari molek berseri-serasi,
sayap kekupu terbang ringan menggoda hati,
di antara bunga-bunga di tepian telaga hari.
(XXIX)
Jala Suta tertegun di atas gundukan batu,
gemerincing air mengaliri lembah pesawahan itu;
Dewi Tunjung Biru mencuci pakaian,
mata keindahan saling resap merasakan,
menikmati kelopakan kembang teratai;
kedua insan saling tatap memandang
merangkum senyum kebahagiaan,
hanya kecewa yang sanggup hentikan.
Lalu datanglah semboyan;
“akulah Jala Suta, memberontak adalah siasatku menghormati nenek moyang.”

Kamis, 17 November 2011

AJAL

Engko biasanya selalu duduk di risban depan rumah ini ketika aku datang,
Dengan snyum selalu enko sapa aku
Nada penyesalan selalu tergambar  jelas dimatamu seakan ingin kau lepaskan dari  relung hatimu yang telah membebani. Aku tahu persis apa yang ingin kau katakan walau tak terucap "Maafkan aku karena begitu lama enko ku tinggalkan"
Seandainya enkau mengerti seribu maaf telah aku ikhlaskan tanpa persyaratan yang harus kau bayar, dan cinta ini tulus adanya,....... walau seahrusnya..........
Kau suarakan adzan di kedua telingaku ketika pertama ku lihat dunia ini
Kau timang denagan sukacita terlahirnya buah cinta yang maujud
Atao kao kudang aku selayaknya sebuah anugerah yang telah Tuhan limpahkan padamu
Dan kau nyalakan padupan wewangian semerbak memenuhi ruangan hingga asapnya menembus langit yang diiringa pepujian dan permohonan pada sang Hyang sehingga jazadku berkilauan, hatiku seluas lautan,cintaku tak kenal segala kasta, jiwaku sekuat wesi gligen, dan rasaku sedalam samudra kinayungan langit,tapi........
Enko telah melupak atao................. Gumpalan duka hati yang telah menyelimuti hatimu sehingga kao lupakan untuk nggulowentah si jabang bayi beserta sedulur sedulurnya dan kelima pancer.
Tetapi tak perlu kau khawatirkan karena sang hyang ternyta telah membisikan pada sekertaris langit untuk segera menulis nasib si jabang bayi dengan segala garis, segala macam cahaaya,segalam macam api dan tempaannya,segala murkanya,segala licik juga kecerdikanya,segala kecerdasan juga ketololanya hingga tulisan sekretaris memenuhi sepanjang umurnya  dan tak lupa juga telah membuatkan dingklik untuk tempat duduk si gembel ini
Maafkan aku kala itu, pertemuan yang terahir yang telah di susupi suara hati karena ternyata itu adalah pertemuan yang terahir di dunia wujud walau Aku tau kini engkopun masih ada di balik selimut roh dan ghoib
jangan kau khawatirkan cintaku ......... cinta si jabang bayi yang polos,cinta siawan pada angin yang telah membuatnya tida atao cinta si kayu kepada api yang telah membuatnya menjadi abu cinat hukum alam atao cinta seorang anak kepada si pengukir jiwa raga,
Kini ku sesali ternyata itu yang terahir
Terahir kulihat senyumu
Terahir ku lihat wajah dan kerutan di mukamu
Terahir ku dengar kisah hidup penuh likumu
terahir kau sapaku dengan sebutan Nak
dan terahir aku bisa ngeyel di depanmu
Tuhan, .......... seandainya ku boleh meminta
Buatkan rel buatnya walo jalan masih panjang tetapi tetap kau sejajarkan jalanya menuju nirwana
Bukakan pintu seluanya seolah tiadalagi pintu atao penghalang jaga
Siapkan kursi laksa singgasana untuk si hamba yang adalah bapaku
Mulyakan dia dengan stitik anugerahmu sehingga pencatat dosa iba kepadanya
Sediakan keinginanya yang belum tercapai dengan kibasan Kun Mu sehingga terlimpah kepada kami yan di tinggalkan
Aminnnn .........
Selamat jalan Ramaku
............................................................ by Kiwul gembel cyber